Sabtu, 21 April 2012

zonanya bola


MEMAHAMI RAHASIA RUANG & WAKTU : ‘BARU DIAWALI, SEKALIGUS SUDAH DIAKHIRI’


Perpaduan antara teori klasik Einsteinian dan teori holografik cukup bermanfaat untuk menjelaskan berbagai fenomena alam semesta yang selama ini dianggap rumit. Termasuk untuk menjelaskan konsep Takdir yang masih membingungkan sejumlah kalangan.
Dalam sudut pandang Einsteinian, ruang dan waktu adalah dimensi kontinum yang eksistensinya sudah ada secara bersamaan. Ketika kita menyebut variable ruang: disana-disini-disitu, maka dalam konteks yang senada kita pun bisa mengatakan: dulu-sekarang-nanti. Ya, sebagaimana dimensi ruang yang memuat ‘disana-disini-disitu’ secara bersamaan, dimensi waktu pun memuat ‘dulu-sekarang-nanti’ dalam satu paket.
Dengan kata lain, seluruh peristiwa yang terjadi di masa lalu, di waktu sekarang, dan di masa yang akan datang, sebenarnya terjadi secara berbarengan di dalam kontinum ruang-waktu. Atau bisa dikatakan: sebuah peristiwa sedang dimulai, sedang berlangsung, dan sedang diakhiri, terjadi bersamaan..! Pemahaman seperti ini, memang agak membingungkan sejumlah kalangan. Terutama yang ‘terjebak’ pemahaman lama, dimana waktu ‘terkesan’ terjadi secara berurutan: dulu, sekarang, dan nanti.
Bagi mereka yang memahami teori ruang-waktu Einsteinian agaknya bisa mengerti keberadaan dimensi ruang-waktu yang tak terpisahkan itu. Memang, jauh lebih mudah membayangkan dimensi ruang ‘disana-disini-disitu’ secara bersamaan, daripada membayangkan waktu ‘dulu-sekarang-nanti’ yang eksis sepaket. Dalam dimensi ruang, ketika Anda berdiri ‘disini’, maka Anda langsung bisa mengerti jika dikatakan ‘disana’ dan ‘disitu’ terjadi bersamaan. Bahkan Anda bisa menunjuk dengan jari telunjuk Anda posisi yang berbeda itu. Ini berbeda dengan dimensi waktu yang jauh lebih abstrak.
Tapi begitulah, karena perubahan dimensi ruang yang sedang mengembang ini terikat pada pertambahan dimensi waktu, maka konsekuensinya dimensi waktu pun sebenarnya telah eksis di alam semesta sebagai bentuk kontinum dari T = nol sampai T = tak berhingga. Dan akibatnya, seluruh peristiwa yang terjadi di dalam dimensi ruang-waktu itu pun sudah terjadi secara bersamaan ‘disini-disitu-disana’ dalam waktu ‘dulu-sekarang-nanti’ yang juga serentak.
Saya ingin memberikan analogi yang lebih mudah. Marilah kembali kepada grafik tiga dimensi berbentuk globe yang sudah saya jelaskan dalam note-note sebelumnya. Jika alam semesta dianalogikan dengan globe itu, maka alam semesta ini memang sudah mewujud. Wujudnya apa? Ya globe itu. Karena globe itu memang terbentuk dari dimensi waktu dan dimensi ruang secara simultan. Garis bujurnya membentuk dimensi waktu, sedangkan garis lintangnya membentuk dimensi ruang.
Jadi, ketika ruang & waktu belum berubah, globe itu belum terbentuk. Atau dalam realitas alam semesta, ketika ruang dan waktu itu belum bergerak, maka alam semesta ini belum eksis. Padahal alam semesta ini ternyata sudah eksis. Berarti, ruang dan waktu pun sudah eksis. Waktu T = nol, dan volume V = nol, berada di kutub utara globe. Yakni saat, alam semesta berada di awal penciptaan. Sedangkan waktu T = tak berhingga, dan volume V = nol ada di kutub selatan globe, yakni ketika alam semesta mengalami keruntuhan. Volume terbesarnya berada di perut globe, di lingkaran katulistiwa, yakni saat alam semesta bergerak berbalik arah dari mengembang ke mengerut.
Jika Anda ingin berada di dalam ruang yang lebih besar atau berpindah dari ‘sini’ menuju ‘kesana’, maka Anda harus bergerak di dalam waktu yang ‘menua’, yakni bergerak dari kutub utara globe ke kutub selatannya. Tidak bisa tidak. Karena, waktu hanya bergerak searah ke masa depan. Begitu Anda bergerak – ke arah manapun – ke barat, timur, selatan, utara, maka Anda berarti bergeser menuju katulistiwa. Alias menuju ruang alam semesta yang semakin membesar, dimana waktu bergerak menua. Dan jika Anda teruskan lagi, maka Anda akan ‘terseret’ oleh pergerakan waktu menuju ke kutub selatan, dimana volume alam semesta akan mengecil kembali.
Jadi ringkas kata, realitas alam semesta ini ibarat sebuah ‘kanvas peristiwa’, yang terbuat dari dimensi ruang dan waktu. Dimana sang kanvas tidak berhenti alias statis, melainkan dinamis seiring terjadinya peristiwa itu sendiri. Dan terbentuk oleh waktu yang bergerak ke masa depan, seiring volume semesta yang mengembang, dan kemudian mengerut kembali.
Maka, globe sudah terhampar dengan koordinat ruang-waktu dalam bentuk garis-garis lintang dan garis bujurnya. Peristiwa yang akan kita temui pun sudah terhampar di permukaan globe itu. Tinggal, Anda sebagai ‘pengamat sekaligus pelaku’ akan bergerak kemana untuk ‘membentuk sejarah’ Anda masing-masing. Semua bergantung ‘kehendak’ dan keinginan Anda untuk menciptakan sejarah Anda sendiri, di dalam ruang dan waktu yang sebenarnya sudah terhampar beserta segala peristiwanya.
Setiap peristiwa sedang dimulai, dijalani, dan diakhiri oleh setiap orang yang menempuh sejarahnya masing-masing. Tetapi, karena setiap orang harus melewati dimensi waktu secara berurutan, semua peristiwa itu tampak ‘seakan-akan serial’. Padahal semua peristiwa itu sudah eksis di alam semesta ‘secara paralel’.
Di dalam buku MEMBONGKAR TIGA RAHASIA saya menganalogikan sejarah setiap orang itu terbentuk oleh perjalanannya sendiri di ruang angkasa. Bayangkanlah, setiap orang memiliki sebuah sepeda motor luar angkasa yang sangat canggih. Cara menjalankan sepeda motor itu cukup dengan kehendak. Setiap Anda berkehendak maju, maka spontan kendaraan angkasa itu akan maju. Dan kalau Anda berkehendak berhenti, maka seketika itu pula ia akan berhenti. Anda bisa bergerak tiga dimensi di dalam ruang.
Rute perjalanan Anda adalah ke angkasa luar, menjelajah ruang dan waktu. Di ruang angkasa itu terdapat ‘stasiun-stasiun peristiwa’ yang jumlahnya tidak berhingga. Dimana Anda akan membentuk ‘sejarah perjalanan’ Anda sendiri dengan cara mampir ke stasiun-stasiun itu. Maka, ada miliaran manusia yang melesat ke luar angkasa dalam misi perjalanannya.
Lintasan yang Anda tempuh adalah dimensi ruang, dimana Anda boleh menentukan sebebas-bebasnya untuk mengunjungi stasiun peristiwa yang mana pun Anda ingini. Ada yang memulai kunjungannya dari stasiun nomer 1, dan berurutan ke stasiun-stasiun berikutnya sebanyak yang dia bisa capai. Ada pula yang mengunjungi stasiun-stasiun peristiwa itu secara acak, dimulai dari stasiun nomer 100, lantas 20, dilanjutkan ke 75, dst. Atau, ada yang terbengong-bengong belaka.
Tetapi, ingat, setiap pengembara diberi waktu terbatas berdasar bahan bakar yang diisikan ke dalam sepeda motornya. Maka, saat stop watch dipencet bergeraklah seluruh pengendara sepeda motor itu dengan agenda masing-masing untuk mengunjungi stasiun-stasiun peristiwa yang akan membentuk sejarahnya. Setiap orang pasti berbeda sejarah, meskipun ada juga sebagian yang sama. Apalagi, di setiap stasiun itu ternyata pertunjukan yang disajikan terus berganti-ganti. Sehingga setiap orang yang mampir ke stasiun itu berpeluang untuk memperoleh suguhan peristiwa yang berbeda. Sejarah yang berbeda.
Analogi diatas barangkali tidak persis dengan mekanisme sejarah kehidupan yang kita lalui. Tetapi intinya adalah, setiap orang memiliki peluang untuk membangun sejarah masing-masing secara berbeda di dalam ruang dan waktu yang sudah ada. Faktor utama pada setiap orang berada pada kehendak bebasnya. Tetapi, harus diingat, ia hanya bisa berjalan diantara stasiun-stasiun peristiwa yang sudah ada di dalam dimensi ruang-waktu. Sejarah setiap orang ‘hanyalah soal urutan’ mengalami peristiwa yang dia pilih, dari alternative peristiwa berjumlah tak berhingga yang terhampar di kanvas alam semesta.
Lantas bagaimana hubungannya dengan Tuhan Sang Penguasa segala peristiwa? Teori holografik, saya kira, bisa membantu menjelaskannya. Bahwa seluruh peristiwa di alam semesta ini sebenarnya adalah pancaran holografik dari eksistensi Tuhan. Bukan hanya pada variable materi sebagai pembentuk sosok, dan variable energi sebagai penggerak peristiwa. Melainkan, ‘kanvas’ ruang dan waktu pun adalah proyeksi dari eksistensi-Nya. Demikian juga variable informasi yang memicu terjadinya peristiwa. Semua itu adalah proyeksi diri-Nya.
Allah menggambarkan, bahwa seluruh peristiwa memang sudah tersedia dalam bentuk file di kitab induk yang disebut sebagai Lauh Mahfuzh. Tak ada satu peristiwa pun yang tidak termaktub di pusat data alam semesta itu. Dimana data-data inilah yang kemudian diproyeksikan secara holografik ke kanvas ruang-waktu untuk menjadi peristiwa. Data-data di Lauh Mahfuzh itu sendiri merupakan ‘proyeksi’ yang mewakili sifat-sifat dan eksistensi-Nya.

QS. Al An’aam (6): 59
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib. Tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri. Dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan. Dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya. Dan tidak jatuh sebutir biji pun di dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Jadi, kitab induk data alam semesta inilah yang menjadi ‘master film’ hologram yang di putar di layar ruang dan waktu. Bahkan, sebenarnya ruang-waktu itu sendiri pun merupakan hasil proyeksi holografik. Dengan kata lain, semua realitas ini semu belaka. Bagaikan bayang-bayang tiga dimensi dari foto hologram yang sebenarnya merupakan efek holografik yang ditembakkan di lembaran kertas foto yang dua dimensi. Ya, efek tiga dimensi yang terjadi pada lembaran kertas foto itu semu belaka.
Sama dengan realitas kehidupan ini, dimana kanvas alam semesta yang kosong ‘ditembak’ dengan pancaran ‘sinar ilahiah’ melewati ‘master film’ holografik berupa kitab peristiwa Lauh Mahfuzh. Hasilnya adalah efek hologram di kanvas ‘ketiadaan’ yang menghasilkan variable ruang-waktu-materi-energi-informasi. Kombinasi simultan dari berbagai variable itulah yang membentuk berbagai peristiwa sebagai sejarah personal maupun kolektif.
Semua itu tampak nyata, karena Allah menciptakan perangkat ‘kamera dan monitor’ yang sangat canggih berupa panca indera dan otak. Sistem saraf yang dikomandoi otak inilah sebenarnya yang membuat segala efek hologram itu menjadi tampak nyata. Bisa dipahami secara berurutan di dalam ruang dan waktu, serta terlihat berinteraksi secara material dan energial.
Lantas, apa substansi dasar dari eksistensi manusia ini? Jawabnya adalah: ruh. Dengan ruh itulah seseorang ‘berkehendak’ untuk melewati sejarah kehidupannya. Melintasi berbagai peristiwa yang sudah terhampar di alam semesta, untuk membentuk urutan unik secara personal maupun kolektif. Dan menariknya, saya kira Anda pun sudah tahu, bahwa ruh itu ternyata juga hasil ‘proyeksi holografik’ dari sifat-sifat Ilahiah dalam skala makhluk. Saat DIA menghembuskan sebagian ruh-Nya, manusia lantas memperoleh sifat-sifat-Nya, diantaranya adalah ‘berkehendak’.
Maka, kalau kemudian ada yang bertanya: kehendak saya ini bebas ataukah terikat pada kehendak Allah? Saya kira sekarang Anda sudah bisa menjawab sendiri, bahwa segala kehendak ini tak lain hanyalah kehendak Dzat Penguasa Jagat Semesta, Yang Maha Berkehendak dan Maha Bijaksana. Sedangkan kehendak manusia, hanyalah proyeksi holografik dari kehendak Allah yang derajatnya sangat parsial bergantung pada sudut pandang kita dalam melihatnya. Persis gambar-gambar semu hologram yang bisa berubah-ubah ketika dilihat dari sisi yang berbeda..!

QS. Al Maa-idah (5): 17
… Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

QS. Al Baqarah (2): 117
Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah“. Lalu jadilah ia.

QS. Al Hajj (22): 70
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.

Wallahu a’lam bishshawab
~ Salam Merenungi ‘Eksistensi Semu’ Segala Ciptaan-Nya ~

Fenomena Supranatural Dari Sudut Pandang Sains


Di zaman sekarang kan kita cuma dituntun untuk percaya sama hal-hal atau sesuatu yang nyata terlihat dan bisa dijelaskan secara logika ilmu pengetahuan. 


Jika ada sesuatu yang bertentangan logika maka hal tersebut akan dianggap tidak ada, dan tidak perlu dipelajari, seperti indra ke-6 dan fenomena supranatural lainnya. Orang yang percaya dengan hal2 mistik sering di anggap aneh. bahkan ada yang mengaggap hal-hal tersebut adalah ulah setan/jin yang mencoba menyesatkan manusia. 

nah...ane mau mengajak agan2 untuk sama2 belajar sains dari ilmu supranatural, ane berharap suatu saat supranatural bisa dijelaskan secara ilmiah dan tidak lagi ilmu metafisika, tapi juga ilmu fisika. 

Relativitas dan Alam semesta Empat Dimensi

Sebelum adanya teori relativitas Einstein, hukum fisika yang menggambarkan cara kerja dunia ini didasarkan pada prinsip Newton. Di awal tahun 1900-an, Einstein menyatakan sebuah teori yaitu bahwa dimensi ruang bukanlah merupakan tiga dimensi dan dimensi waktu tidak dipisahkan. Dia mengajukan sebuah alam semesta empat dimensi yang sekarang dikenal dengan kontinum ruang dan waktu. Maksudnya yaitu bahwa energy dan massa dapat saling ditukar, Objek-objek yang menurut kita solid, sebetulnya tidak (massa=energy); segala hal yang sepertinya solid sebenarnya adalah bentuk pergerakan energy pada suatu area getaran yang berbeda (energy=getaran). 

Dia mengemukakan bahwa gerakan yang absolute itu tidak ada karena tidak ada objek di alam semesta ini yang bisa dikatakan sebagai kerangka referensi absolute. Dia mengatakan bahwa seumpama dua pengamat yang sama-sama bergerak dengan kecepatan cahaya yang konstan dan saling berhubungan satu sama lain dan masing-masing mengobservasi dua peristiwa yang identik, maka yang satu akan merasa bahwa dua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan, sedangkan yang satu akan melihat dua peristiwa tersebut terjadi secara berurutan. Dengan kata lain, tidak mungkin menentukan kapan suatu peristiwa terjadi tanpa mengatakan di mana terjadinya. 

Bagi paranormal ini artinya waktu tidak lagi linear, suatu pengalaman supranatural bisa berupa sesuatu yang pernah terjadi, sesuatu yang terjadi di sini dan sekarang atau di masa depan, atau sesuatu yang hanya merupakan kemungkinan dan mungkin tidak pernah terjadi. 

Saat ditanya tentang kelengkapan teorinya, Einstein mengatakan bahwa dia yakin teori yang dia ajukan ini baru merupakan permulaan. Teori relativitasnya sejak itu selalu mengalami perkembangan. Di tahun 1960-an, para ahli fisika memperluas teori relativitas hingga mencakup fenomena elektromagnetik yang sekarang dikenal dengan teori unified field. Teori ini menyatakan bahwa ada empat kekuatan berbeda yang mengendalikan semua interaksi dalam segala hal : gravitasi, elektromagnetik, strong force, weak force. 

Baru-baru ini para ahli fisika berusaha mengombinasikan teori-teori relativitas baru ini dengan memasukan semua interaksi-interaksi medan tenaga dalam satu teori besar yang disatukan atau super-symmetry. 

Jika bisa tercapai, medan-medan energy yang berinteraksi – termasuk dimensi paranormal – dapat diterima secara ilmiah



Alam Semesta Dengan Multitrack

Ahli fisika dan pujangga abad 20, Max Planck, pelopor fisika kuantum, menulis bahwa kita hidup dalam apa yang dia deskripsikan sebagai suatu alam semesta multitrack. Planck menyatakan bahwa, pada setiap track atau alam semesta yang bervariasi , hukum untuk dimensi waktu,ruang,dan zat sangat berbeda dari yang ada di semua track lain. Dalam dunia realitas inderawi sehari-hari, hukum-hukum yang berlaku adalah apa yang kita lihat dan kita alami. Contohnya, kita tahu bahwa satu jam itu 60 menit, jika anda berjanji dengan seseorang teman untuk bertemu saat makan siang pada waktu tertentu, maka anda tahu bahwa teman anda juga juga akan mengerti waktu yang anda tentukan. Intinya, waktu menurut anda sama dengan waktu menurut teman anda. Dan jika teman anda tidak memenuhi janji pada waktu yang ditentukan, berarti teman anda tidak datang atau datang terlambat. Dan teman anda juga tahu bahwa dia telah ingkar janji atau telat. 

Tetapi dalam dunia submiskroskopik dan partikel-partikel kuantum, tidak satu pun dari hal itu diterapkan. Suatu electron dapat berpindah dari satu orbit yang berputar mengelilingi nucleus suatu atom, ke orbit lain tanpa pernah menyebrang ruang antar orbit. Terjadi tanpa pergerakan, tanpa waktu yang bisa diukur, dan electron itu sendiri juga dapat berubah. 

Jika kita menerima teori planck bahwa ada sesuatu hal seperti alam semesta multitrack sepertinya masuk akal bahwa mungkin memang ada suatu jalan dalam kosmos multitrack ini bagi dunia paranormal. Dan, jika dipikir lebih dalam, dapat menjadi suatu tempat dimana hukum untuk dimensi waktu, ruang dan zat menjadi sangat berbeda dari yang ada dalam relativitas panca indra, relativitas, dan partikel-partikel submiskroskopik. 

Alam Semesta Medan Electromagnet Multidimensi

Teori yang abstrak ini menjadi dasar bagi semua bidang fisika baru yang dikenal sebagai mekanika kuantum. Akhirnya memberi dasar untuk penelitian di bidang seperti tenaga atom. 

Hanya dalam beberapa ratus tahun kemudian, energy dan massa menjadi dapat ditukar dan apa yang kita pikir sebagai objek solid sebenarnya merupakan energy yang bergetar pada tingkat yang tidak dapat kita lihat. Dimensi ruang bukan lagi merupakan dimensi tiga dimensi, dan dimensi waktu tidak lagi merupakan kesatuan yang terpisah, tetapi mereka terhubung dalam continuum ruang dan waktu empat dimensi atau multidimensi. Di dalam empat dimensi ini mungkin juga terdapat suatu track untuk kesadaran manusia. 
Alam semesta yang kita tahu sekarang sudah bukan lagi sebuah mesin ala newton dengan bagian-bagian yang multiple, tetapi suatu dinamika yang bagian-bagiannya saling berhubungan.

Alam Semesta Saling Berkaitan

Terakhir, para ahli fisika menggunakan konsep medan energy untuk menyatakan bahwa semua zat hidup berada di dalam medan electromagnet dan di abad 20 telah dikembangkan beberapa teori tentang kuantum dan partikel, yang hanya dapa disebut metafisika eksperimental. Teori-teori yang lebih baru ini berpendapat bahwa cahaya adalah suatu partikel dan juga suatu gelombang; bukan suatu gelombang riil secara fisik seperti suara atau air, tetapi suatu kemungkinan gelombang yang menunjukan kemungkinan adanya saling keterkaitan.

  

Di tahun 1960-am, ahli fisika john bell mendalilkan bahwa partikel-partikel sub atom terhubung melebihi dimensi ruang dan waktu. Teori bell menyatakan bahwa apapun yang terjadi pada sauatu partikel akan berdampak pada yang lain dan tidak terjadi dalam suatu konsep waktu yang kaku dan berjalan dengan cepat.

Einstein membatasi alam semesta dengan mengatakan bahwa tidak mungkin bagi apapun berjalan lebih cepat dari kecepatan cahaya. Teori bell berpendapat bahwa partikel-partikel sub atom saling berhubungan jadi akan mungkin untuk berjalan lebih cepat dari kecepatan (superluminal speed). 

Ahli fisika pemenang nobel, David Bohm, telah mengajukan argument yang dapat diperaya tentang suatu alam semesta hologram yaitu informasi dimasukan dalam suatu medan ruang/energy/waktu secara hologram. Mudahnya, suatu potongan sebuah hologram merupakan sebuah gambaran/wakil yang persis dari keseluruhan dan satu potongan tersebut dapat digunakan untuk merekonstruksi ulang keseluruhan. Yang dimaksud dengan perkataan Bell adalah kita tidak bisa lagi memandang dan menganalisa dunia seperti cara Newton, dalam bagian-bagian terpisah dan berdiri sendiri. Segala sesuatu terhubungan dengan yang lain dan saling tergantung. Dalam satu kesatuan alam semesta, segala sesuatu yang terjadi dengan satu partikel berdampak pada partikel lain. Dan dalam semesta seperti ini, semua individu merupak bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan yang ada dan dapat berhubungan dengan kekuatannya. 

Seorang paranormal dapat dengan mudah berhubungan dengan konsep bahwa suatu alam semesta keseluruhan terdiri dari medan energy yang banyak berinteraksi, dan berkaitan dengan waktu yang linear.

Kamis, 05 April 2012

jadwal liga inggris,spanyol,italia 7-8 april


Jadwal Liga Italia terbaru Indosiar TV minggu ini:
  1. jadwal Palermo vs Juventus 2012 Sabtu 7 April jam 23.30
  2. jadwal Lazio vs Napoli 2012 Minggu 8 April jam 2.00 wib.
Jadwal La Liga Spanyol TV One terbaru minggu ini:
  • jadwal Espanyol vs Real Sociedad Sabtu 7 April 23.00
  • jadwal Real Zaragoza vs Barcelona Minggu 8 April 1.00
  • jadwal Mallorca vs Granada 8 April 21.00
  • jadwal Athletic Bilbao vs Sevilla 8 April 23.00
  • jadwal Real Madrid vs Valencia Senin 9 April 2.20
  • jadwal Malaga vs Racing Santander Selasa 10 April 1.50
  • jadwal Barcelona vs Getafe Rabu 11 April 1.50 wib.

Jadwal Liga Inggris MNC TV terbaru minggu ini:
  • jadwal Chelsea vs Wigan Athletic Sabtu 7 April jam 21.00
  • jadwal Arsenal vs Manchester City 2012 Minggu 8 April 22.00.
Jadwal Liga Inggris Global TV terbaru minggu ini:
  • jadwal Swansea City vs Newcastle Sabtu 7 April 00.00
  • jadwal Sunderland vs Tottenham Hotspur 7 April 18.15
  • jadwal Liverpool vs Aston Villa 7 April 20.45
  • jadwal MU vs Queens Park Rangers Minggu 8 April 19.00.

Teleportasi, Mungkinkah ?

Redaksi Angkasa



   Abad 21 kemungkinan akan jadi gerbang penemuan teknologi-teknologi yang mencengangkan. Ketika kapasitas komputer telah membesar, kecepatan pengiriman sinyal informasi meninggi, dan cetak biru manusia telah terpetakan, teleportasi pun tak menjadi sesuatu yang mustahil.
   

      Akan tetapi tunggu dulu, sebelumnya apa yang dimaksud dengan teleportasi itu sendiri? Bagi sebagian besar kita, 'benda' yang satu ini memang pasti belum familiar. Maklum, selain perancangannya belum final, rangkaian peralatannya hanya ada di laboratorium khusus yang biasa digunakan untuk menguji masalah-masalah fisika kuantum di sebuah universitas di Amerika, yakni di Universitas Innsbruck.

   
      Sesuai dengan susunan suku-katanya, benda yang satu ini memang tak lain dari sebuah konsep moda transportasi jarak jauh. Akan tetapi berbeda dengan moda transportasi jarak jauh konvensional seperti jet komersial long-haul Boeing 747, Airbus A340, atau B777 sekalipun; ajaibnya moda transportasi ini tak bermedium. Lalu? Kedengarannya memang mengada-ada: dia tak perlu lagi medium karena benda atau orang yang diantarnya akan lebih dulu dilebur hingga tingkat atomik/kuanta untuk kemudian 'dikirim' lewat sinyal elektromagnetik, dan segera dibentuk kembali sesuai ujud semula berikut sifat-sifat aslinya di tempat tujuan dengan teknik yang tak kalah canggih. Itulah sebabnya, jangan kaget bila peralatan ini bisa mengantar muatannya dalam waktu yang begitu singkat. Kabarnya, untuk jarak hingga 40.000 kilometer, dia bisa menuntaskannya hanya dalam beberapa detik!

     Sama sekali tak ada yang menyalahkan jika untuk sementara ini Anda mungkin hanya tersenyum tak percaya karena gambarannya yang begitu absurd. Namun yang jelas di Innsbruck, moda transportasi yang sarat peralatan canggih dan sepenuhnya tergantung fenomena alam ini masih terus-menerus disempurnakan enam ilmuwan pilihan yang direkrut dari sejumlah institusi yang juga pilihan. Sebaliknya, mereka nampak begitu optimis karena semua prinsip teknologi yang akan digunakan untuk membangun moda transportasi ajaib ini telah berhasil ditemukan.
Diantaranya adalah: komputer kapasitas tinggi yang paling tidak telah sanggup merekam seluruh detil tiga dimensi tubuh manusia (seluruhnya mencakup 10 Gigabytes atau setara dengan 10 CD ROM); teknik pemecahan sandi (enkriptografi); peralatan NMR (nuclear magnetic resonance) dan ESR (electron spin resonance) yang bisa digunakan untuk men-scan sebagian besar atom atau nukleus dari tubuh manusia; transmiter via satelit yang sanggup mengirim ribuan Gigabytes data hingga ke tempat terpencil seperti yang kini bisa kita saksikan dalam teknologi internet; dan lebih spesifik lagi berkat jasa Albert Einstein-Boris Podolsky-Nathan Rosen pada tahun 1930-an dunia telah berhasil mengetahui jeroan setiap zat atau benda lewat teori mekanika kuantum. (Teori ini menjelaskan perilaku unit-unit zat yang paling kecil, yakni kuantum energi berikut partikel-partikel sub-atomnya seperti elektron, proton, dan quark. Pemahaman atas perilaku partikel-partikel yang sangat kecil ini serta-merta membuka cakrawala pandang baru ke dalam hukum-hukum fisika atom.)
Keenam ilmuwan yang tengah mempertaruhkan reputasinya itu, adalah Charles Bennett dari Pusat Riset IBM, New York; Gilles Brassard dari Universitas Montreal; Claude Crepeau dari Laboratorium Informatika de l'Ecole Normale Superieure, Paris; Richard Jozsa dari Universitas Montreal; Asher Peres dari Institut Teknologi Haifa, Israel; dan William K. Wootters dari Williams College, Massachusetts.
Begitu pun, ditengah segala kesan kecanggihannya, ide perancangan sang teleportasi ternyata luar biasa sederhana. Seperti diungkap Samuel L. Braunstein dalam situs schmuel @tangelo.phys. unm.edu, idenya hanya berangkat dari peralatan kantor yang begitu sederhana yakni mesin faksimili dan peralatan transporter dari sekuel fiksi-ilmiah Star Trek.
Star Trek
Jika Anda penggemar serial TV Star Trek , untuk memahami cara kerja atau kegunaan dari teleportasi tentunya memang akan lebih mudah. Dalam serial karya Gene Roddenberry yang dibangun dengan seting peradaban manusia pada abad 23 tersebut, peralatan ini biasa digunakan para awak starship (kapal bintang) untuk berpindah tempat dari kapal mereka ke tempat-tempat terpencil atau ke sesama kapal bintang. Jarak yang direngkuh biasanya mencapai puluhanribu kilometer.
Cara kerjanya memang amat futuristik. Orang atau benda yang akan dipindah sebelumnya diurai dahulu hingga ketingkat kuanta. Selanjutnya dengan transmiter khusus, kuanta-kuanta ini dikirim dengan kecepatan cahaya menuju sebuah tempat yang posisi koordinatnya telah direkam. Di tempat inilah orang atau benda yang dikirim tadi disusun kembali sesuai ujud dan sifat semula. Seluruhnya dikendalikan dari mesin transporter di tempat pengiriman.
Alkisah, peralatan tersebut adalah hasil karya ahli teknik Montgomery Scott, awak kapal ruang angkasa USS Enterprise NCC 1701D. Scott berhasil menuntaskannya pada tahun 2369. Peralatan ini bisa memindahkan benda apapun selama dalam perjalanannya tidak menghadapi perisai medan elektromagnetik. Dalam sekuel Star Trek yang lebih moderen, Lieutenant Commander Data, melengkapinya dengan teleporter portabel yang dikenal sebagai Pattern Enhancer.
Namun kini pertanyaannya: akankah alat seperti ini bisa jadi kenyataan? Untuk saat ini memang belum ada seorangpun yang bisa memastikan. Namun dengan terkuaknya satu per satu fenomena alam dengan segala kekuatannya, adanya revolusi di bidang rekayasa bioteknologi, teknik informatika, serta kian dipahaminya prinsip-prinsip mekanika kuantum, paling tidak telah menekan derajad 'kemustahilannya'. Bagi para ilmuwan sendiri, selama seluruh prinsip pembangunnya logis dan ilmiah, tak ada sesuatu yang tak mungkin. Toh, teknologi laser dan ponsel mungil yang sama-sama dikenalkan dalam serial ini, tanpa diduga kini telah menjadi 'sesuatu' yang biasa-biasa saja.
Hingga sejauh ini, Bennett dan kawan-kawannya sendiri paling tidak telah mengantungi sejumlah kesuksesan dalam eksperimennya. Diantara yang paling menakjubkan adalah lewat uji coba teleportasi kuantum yang dilakukan tiga tahun lalu. Kala itu, di Innsbruck, Bennett berhasil untuk pertama kalinya membuktikan bahwa moda teleportasi bukanlah sesuatu yang mustahil. Dalam uji-coba ini, mereka berhasil 'mengirim' sebuah foton ke suatu tempat. Dan, ditempat tujuan foton itu didapati dengan fisik dan sifat yang serupa.
Dalam eksperimen ini (lihat bagan 1 ), persisnya, sebuah stasiun yang diberi kode nama 'Alice' ditugaskan mengirim 'sifat sebuah foton' ke stasiun yang diberi kode nama 'Bob'. Sifat tersebut adalah polarisasi dengan sudut 45 derajad yang selanjutnya diintepretasikan oleh mesin transporter. Ketika sifat berupa sudut itu dikirim, serentak mesin pulsa foton menembakkan dua foton. Satu ditangkap detektor 1 untuk diterjemahkan, sedang yang lainnya ditangkap detektor 2 untuk diisi sifat yang dikirim tadi. Rancangan mesin (lihat foto 1) Bennett dan kawan-kawan ternyata berhasil menjalankan misi inisial ini.
Meski sang foton tidak pindah secara fisik (hanya sifat dan perilakunya saja yang pindah), salah seorang kolega Charles Bennett bernama Curtis Barrett mengatakan, dengan teleportasi kuantumnya, keenam ilmuwan telah membuka pintu pengembangan ilmu dan teknologi masa depan. Apa yang dicapainya semakin menggenapkan keingintahuan manusia akan alam dan jagad raya, bahwa aplikasi yang terus-menerus dari fenomena fisika telah berkali-kali membuka cakrawala baru. (adr)
Keterangan gambar : Suasana pengujian perpindahan benda tanpa wahana di Laboratorium Innsbruck - Dok. schmuel@tangelo.phys.unm.edu
Sumber : Angkasa (11 Agustus 2000)